Salah satu yang membuatku menangis saat hari terakhir di
kantor, Gedung Divisi Teknologi, PT PAL Indonesia, Ujung, Surabaya, Desember
2004 adalah aku tahu pasti akan rindu menggambar. Autocad (terutama) yg sudah kami
akrabi dari tahun 1992, nggak akan aku pakai lagi ke depannya. Keputusan sudah
bulat, dunia kantor , menggambar teknik bukan lagi untukku.
Tapi tahu kah kau, bahwa cinta, bagaimanapun akan menemukan jodohnya. Meski
mungkin berganti rupa. Selain membaca dan menulis, salah satu ketrampilanku yg
cukup mendapat apresiasi jaman SD adalah menggambar. Autodidak, menyontoh kartu
ucapan Harvest atau ilustrasi di majalah dan komik. Aku suka tenggelam dalam goresan
pensil, sebagaimana jemariku khusyu’ memeluk penggaris dan rothring.
Aku menulis ini saat rinai hujan di luar turun, dan tetiba
aku disergap semacam dejavu. Di depan laptop, layar menyajikan Corel, tanganku
tengah menggerakkan tetikus, memanipulasi nodes agar curves terbentuk sesuai keinginanku.
Betapa aku mencintai dunia ini; menggambar dan teknologi.
Tiba-tiba teringat pula percakapan semalam dengan soulmate,
best of the best friendku dari jaman STM, tentang seorang sarjana SI lulusan
universitas bergengsi di dekat rumahku, yang kecewa tidak diterima kerja di perusahaan
sama tempat aku dulu pernah bekerja. Bold di cuitannya itu, dia kecewa S1
dikalahkan dengan lulusan STM. Aku meringis.
Secara garis besar, aku memandangnya sebagai perilaku anak
gen Z kebanyakan yang sok pinter, sok ter update’’, dll. Dia lupa bahwa dia
membandingkan apel dengan jeruk. Dia memversuskan S1 dengan STM. Nggak level
jelas. Tapi coba dia bandingkan pengalaman kerjanya yang 0 thn (kalau nggak
salah dia fresh graduate) dengan si bapak yg sdh 10 tahun bekerja bahkan
beberapa di antaranya di luar negri, serta sertifikat keahlian tertentu yg
nggak murah dan mudah. Aku tahu pasti krn pernah berkecimpung di bidang itu.
Lalu benang merah keduanya apa, Buk? Nggak ada sih. Aku hanya
bernostalgia dengan tempat dulu aku pernah bekerja, yg tahun ini merayakan HUT
nya ke 43,--semoga makin jaya dan berkah bagi negara. Banyak teman masih menikmati
dan meniti karir di sana. Pun lebih banyak yang tersebar mencari nafkah di industry
yang tak berbeda atau bahkan malah jauh seperti aku sekarang. Yang jelas
pasti, dimanapun kita menjemput rejeki, mengisi
hari menanti mati, lakukanlah sesuai passion.
Ijazah, sertifikat, adalah jalan, raga. Ruh nya adalah
passion kita, agar selalu bisa memberi yang terbaik, dan bahagia menjalaninya.
NewLand, 1 Juni 2023