Minggu, 10 September 2023

Questioning My Self

 Mempertanyakan diri sendiri, pernahkah? Pasti. Seberapa sering? Tergantung, apakah kita termasuk over thinking, baperan, atau cueks.

Dalam ranah apa? Kemampuan akademis, kemampuan sosialisasi? Or what?


Aku kemarin kena serangan itu. Mempertanyakan diri sendiri, sudah benarkah langkahku? Dsb dsb.. Itulah kenapa kuputuskan untuk mengangkat itu sebagai tema jurnaling pagi ini.

Sepulang antar bocah, menengok dan ngelus-ngelus sebentar tanaman di halaman, kunyalakan laptop dan mulai mengetik. Sembari menanti si laptop ready, mengecek beberapa wa wapri dan group.

Pemicu aku mempertanyakan diri sendiri adalah menikahnya seorang teman, termasuk dekat rumah, masih satu kelurahan. Pernah beberapa kali dia cerita hal pribadi kepadaku. So, aku jujurly merasa agak sedih nggak diwapri pas dia mau menikah lagi. At least, sebagai tetangga lah. Tapi, kembali, kedekatan seseorang kepada orang lain bukan hanya soal wilayah, tapi lebih ke hati. Dan jelas, aku tidak masuk di wilayah hati dia. hehe..

Hal tersebut membawaku over thinking ke soalan berikutnya, apakah ini ada hubungannya dengan kebijaksanaan ( baca; pilihan2 sikapku) terhadap sebuah permasalahan saat aku masih menjadi koordinator sebuah komunitas? Apakah aku dinilai berat sebelah? Apakah aku tidak bertanggung jawab? Apakah aku bla bla bla...

Ya, meskipun kita nggak akan bisa menyenangkan dan memuaskan semua pihak, at least, aku ingin dipahami dan dilihat tidak memihak saat ada permasalahan antar teman dan aku sebagai kapasitasku saat itu harus berada di tengah.

Ah, terlalu jauh kau mikirnya Mbak.
Yes, itulah mengapa temanya mempertanyakan diri sendiri. Bukan untuk menyalahkan siapapun termasuk bahkan diri sendiri, tapi untuk melihat dari kejauhan. Melihat lebih obyektif.

So, pemicu mempertanyakan diri sendiri itu, anggap saja hanya karena dia merasa tak perlu membagikan moment spesialnya kepadamu. you're not close enough utk dimasukkan ke circle wilayah hatinya. Sudah. Nggak usah baper.

Kedua, soal gaya kepemimpinan, or karakter pribadi, Itu adalah hal berbeda. Sesuatu yang nggak bisa kita ubah. Yang bisa diusahakan adalah apakah manifestasi dari karakter itu sudah mempertimbangkan perasaan dan reaksi orang lain, meminimalkan damage sesedikit mungkin atau nggak. Yang jelas juga, kita nggak akan pernah bisa menjadi penjaga hati dari orang lain. That's it!

Selebihnya, wis, tinggalkan di belakang apa2 yang sudah kita usahakan. Keberhasilan sebuah hubungan, baik itu antar pribadi maupun komunitas, tak hanya tergantung pada satu karakter manusianya saja. Tapi adalah gabungan dari banyak orang. JIka seutas tali dari awal sudah getas, kamu, aku, nggak perlu merasa bersalah jika pada akhirnya putus atau kau tinggalkan tetap getas dan lapuk oleh cuaca.

So, mari fokus pada hari ini, mau eksekusi to do list yang mana dulu nih? 😉😉

Tanah Baru, Senin, 11/09/2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar